RSS

Rabu, 04 Desember 2013

My RPP (Cerbung)




            Ini  hari  ke 3 di  Minggu  ke  2 di  bulan September. Aura pagi  masih  enggan menampakkan cerianya, tapi pagi ini  air  memaksakan  untuk  mengguyur tubuh  Ayla untuk beraktifitas pagi. Suara adzan membelalakkan  matanya  untuk bergegas  mempercepat gerakan  dan  pergi  ke mushola. Selepas sholat subuh  Ayla seperti biasa menyapa setiap sudut rumahnya  untuk  dijaga  supaya tetap bersih. Bumbu dapur yang  siap diolahpun sudah  siap menanti.
            “ Kenapa semua  jadi  ribet  begini  ya,” gumam Ayla dalam hati
            “ Kenapa  Ay?”
            “ Ndak  biasanya bu, Ayla terburu-buru seperti ini”
Iya  memang  pagi ini  Ayla  sudah  memulai  aktivitas Praktek Pengabdian Lapangan bahasa kerennya  PPL. Maklumlah  sebagai  mahasiswa  semester 7 Fakultas Ilmu  Pendidikan Ayla  wajib mengikuti  kegiatan ini. Belajar  menjadi  guru  mungkin itu  lebih  tepat lagi. Karena  mahasiswa  nantinya  akan  dihadapkan langsung  pada kondisi  mengajar  yang  sebenarnya, bukan hanya  teori. 
Hari – hari  Ayla  yang  biasanya  pekerja  kantoran,  sekarang  harus  banting  setir menjadi  seorang pengajar. Semua  terasa berubah, jam  di dindingpun  berjalan begitu  cepat  bagi  Ayla. dikerjakan lebih cepat  1 jam. Biasanya  masuk jam kantor jam 8, sekarang  jam 6.30 harus  sudah  start berangkat.
             Led  BB menyala merah “ Nanti  jam 6.30 tepat saya tunggu di pertigaan Jalur Lintas Barat J  Azriel”
            “Baik Mas  Azril, saya  konfirmasi yang  lain juga trims”
Begitu  kira-kira  sms  pemberitahuan  dari  salah  seorang  anggota  PPL yang  lain. Jam  di dinding sudah  menunjukkan  pukul  6.05. Lima  belas menit  persiapan dan  sepuluh  menit  persiapan rasanya  mustahil  buat  Ayla. Sarapan  di  meja belum  sepenuhnya  tertata rapi, Ibu  Ayla  yang notabene  juga  seorang pengajar pastinya  memiliki waktu  yang  singkat  dipagi hari, Karena semua  aktivitas pagi  lebih  banyak  di  handle  Ayla. Mungkin  sama  dengan  yang  lain, semuanya  hanya  butuh  adaptasi. Secepat  kilat Ayla  mengambil langkah  seribu,  di  jarum jam 6.25 sembari  mengirim pesan  singkat ke  teman-teman yang  lainnya.
            “Huft… Ayla  ndak telat kan”
            “Hmmm  Ay, rasanya  sudah  mau  kutinggal saja” (Vita  salah  saorang  teman  dari  satu  fakultas Ayla memasang  wajah  muram)
            “Iya  iya  maafin Ayla,  kan  aku  masih adaptasi  dengan jarum jam”
            “Ayla  kalau pagi mah  jadi  inem  dulu Vit” timpal Dini yang  memang sudah  sudah  tau  keseharian  Ayla
            “Sudah ay,  bercanda kok lagi pula  Mas Azriel juga  belum nampak”
            “Assalamu’alaikum………..”
            “Panjang  umur  Pak  Guru  ini, baru  saja  diomongkan ee tiba-tiba  muncul”
            “Ya   sudah, semua sudah  lengkap kan?” pungkas  Azriel yang tak jarang  dipanggil Pak  Guru  oleh  teman-temannya.
            “Loh, kita  kok  cuma  ber  tujuh, lah yang  empat  kemana  Pak?”
            “Sudah Ay, mereka  nanti  menyusul lewat jalan utara”
            “Ya  Sudah let’s go  lah”
Mereka  semua mengikuti  jejak  roda Mas Azriel, karena baru  pertama kali datang ke  Sekolah  ini. Kebetulan  pula  Maz Azriel  salah  satu  pengajar  di  sekolah  itu, jadi  beliau rela  menjemput  anggotanya  untuk  bisa  sampai ke lokasi. Kedengarannya lokasinya  tak  begitu jauh dari  tempat  kita berkumpul tadi.   Ayla  yang  pribumi  saja  belum pernah  datang  ke daerah itu, meski  sering  terkenal  dengan produk  Tape nya, Eits jangan salah sangka dulu ini  cuma  perkara  istilah “Tape” yang  dimaksud bukan  elektronik  lo, melainkan sejenis makanan yang  terbuat  dari  singkong  yang  di beri  ragi lalu  disimpan beberapa hari. Sudah jangan tanya  lagi apa itu  ragi, nanti  dibrowsing  saja ya.. hehe.
            Dalam  batin  Ayla  berdecak kagum, ternyata di  kota Kepanjen  masih  ada ya daerah  yang  masih  asri  begini. Terlalu  banyak  berkutat dengan tumpukkan perkerjaan kantor  hingga lupa rasanya  jika seseorang  itu  butuh  udara  sejuk seperti ini. Seperti berada  di  pegunungan, menuruni  jurang tajam berkelok, tepat  di bawah  jembatan jalur lintas barat. Kanan kirinya  tersandar  pepohonan yang tertanam acak, bukan tanpa pemilik tapi semua terlihat alami.
            “Nyamannya, Subhanallah…”
Meski jalannya sudah  berupa aspal, namun banyak  kerusakan  di  badan jalan sehingga  harus hati-hati ketika melewatinya. Semakin  ke bawah, lintas arus  sungai semakin jelas menambah nyaman  dalam perjalanan meski harus  pasang mata supaya  tidak terperosok. Mas Azriel  sudah  terbiasa dengan jalan  berkelok ini, dengan santainya  naik turun  badan jalan seolah  jalan lurus saja. Ayla , Vita,  Dini  dan yang  lain  mengekor pelan, tak jarang  operan persneleng harus di  tekan mendadak ketika jalanan naik, sehingga pengendara yang  lain  dibelakang  harus siap pasang rem. Tiga  belokan sudah cukup bagi  kami mengingat suasana ini.
            “Pak Guru…. Masih  jauh  kah? Masih  ada jurang  lagi  tak?” Suara Vita  cetar, karena dia yang  sedikit  kalang  kabut  mengendalikan  laju motor mio yang  notabene  sering  selip.
            “Sudah  dekat kok, tenang saja”
            “Ay…. Kamu  diam saja, nggak takut”
            “Apa Vit? Aku  ndak  dengar? Sudah  nanti saja bicaranya”
Kebetulan semua  membawa motor sendiri-sendiri  jadi   tidak  ada yang  berboncengan. Menikmati  sendiri  rupanya sudah  terbiasa bagi  Ayla, terlalu  banyak  hal yang membuat  dia  tetap bertahan  tapi  hanya  ada  satu  alasan kenapa dia  bertahan untuk  selalu tersenyum.
Perjalanannya  hanya  butuh  waktu  10 menit  dari lokasi  bertemu  tadi, tapi bagi Ayla menikmati  susasananya  berasa sehari, terasa nyaman, sejuk, dan damai.Kepenatan  ruang  kerja dan suasana  kota  terasa diawang. Menjadikan satu  romansa baru  di ujung  jalan  bukit ini, tak terasa sudah  sampai di lokasi. Senyum  Ayla  selalu  mengembang  seperti biasa, cuma  pagi ini  semakin cerah  dengan aura  wajah  yang  lebih  berseri.
            RA, MI, MTs. Darrul Falah begitu kita  masuk sudah  disambut  dengan banner  penerimaan siswa baru  Darrul Falah  Th. 2012/2013. Seperti namanya  tiga  tingkatan  berada dalam satu  sekolah, semua beranggapan areanya  lahannya  luas  dengan beribu-ribu  siswa  disana. Tidak nampak berbeda  dengan suasanya  sekolah  lainnya  yang  gaduh  di  pagi  hari. Para  siswa masih  berlalu  lalang di  lokasi  halaman sekolah  yang  sebesar  lapangan bola volley. Tak  terlalu  besar seperti  bayangan orang – orang  , sekolah yang  berbasis  madrasah  ini memiliki bangunan bertingkat dua. Tingkat  pertama  untuk siswa  Madrasah Ibtidaiyah dan tingkat  kedua  untuk  ruang  Madrasah Tsanawiyah yang  nantinya  Ayla  dan teman – temannya  tempati. Tempat  parkir  berjajar  rapi di  halaman sekolah, tepat  di depannya  ruang  guru  MI, sebagian  orang  bercengkrama di sisi jendela, banyak  mata  memandang  dari kejauhan tak terkecuali  ibu-ibu  penjual jajanan. Seperti orang asing  yang  masuk di  lingkungan asing  pula. Jaket  almamater ini  memang  khas  dengan mahasiswa, corak coklat  mudanya menambah  penawaran baru  dalam pndangan. Di depan halaman yang terbentang  sawah  menyisir lukisan  matahari yang  menambah  cerah  suasana Madrasah. Dipojok  kanan dan kiri terdapat tangga yang  masih  setengah  jadi, dengan  hiasan  bata alami berjajar  di  setiap  tingkatan tangga.
            Di pojok  tangga  teman-teman lain  sudah  berkumpul, mata  Ayla  masih bersemangat  menyeruak  sekeliling halaman. Pandangannya tak  terlepas dari  rasa nyaman. Sudah  lengkap semua  sebelas  orang  (Mas Azriel, Ayla, Vita , Dini, Bu  Budi, Bu Sulis, Utari, Agung, Agus, dan Ani),  telihat  saling  berjabat  tangan  mengenal satu sama  lain, karena sebagian orang baru  bertemu  hari ini.
            “Selamat  datang  di MTs. Darul  Falah” Selayaknya  guide  Mas Azriel mempersilakan menaiki anak  tangga.
            “Ow,  jadi di  atas sini  MTs.,  trus  di bawah  tadi  ada tulisan  RA?”
            “Kebetulan lokasi  RA sudah  dipindahkan di  gedung  sebelah  mbak,  jadi disini tinggal 
              MI dan MTs.”
            “Bu Budi  semangat  banget  naik tangganya’
            “Sudah  Vit, No  comment. Ini  belajar  pake  rok soalnya keburu  nyrimpet. Haha”
Obrolan singkat  ke  lantai  dua  itu  menambah  keakraban mereka  yang baru saling  kenal. Lantai  dua  sudah  beralas keramik putih  bersih. Tepat di pojok kiri atas mirip banget  ya  sama identitas  di  kertas  ujian suara  halus  menyapa segerombolan mahasiswa  muda, Seorang  berparas  manis  berjilbab biru setengah  abu-abu khas  Madrasah menyambut mereka  dengan ramah. Dijabatnya satu  persatu,  seraya  mempersilakan duduk. Sofa  coklat  emas  di  pojok kanan depan  ruangan dengan ornament  meja  guru yang  ditata berjajar tiga  baris. Ruangannya  tak  begitu  besar, tetapi  cukup  multifungsi untuk semua  pengajar  disana. Di  sudut  lemari  kaca  ada beberapa hasil karya  murid berupa lukisan  kendi – kendi dari tanah liat, menambah  corak manis ruangan  yang selebihnya  ada  beberapa  buku  yang  tertumpuk tertata sekedarnya.
            “Ay, kok  bengong  sih?”
            “Hah…. (melongo), kenapa Bu Budi… Iya tadi siapa namanya ya?”
            “Hmm, Lah piye to cah iki ngelamun wae”
            “Yak an ndak sengaja bu”
Memang dari raut muka Ayla, seolah menyimpan sebuah pertanyaan besar? Dipandangnya sekeliling setiap sudutnya seolah tak lepas dari pandangannya. Sesi perkenalan yang sedikit di lewatkan Ayla, Bu Saima nama guru berparas manis tadi. Beliau memberikan sedikit wejangan sebagai ceremonial penerimaan mereka.
            Sedikit tersibak di bayangan Ayla, rasa nyaman yang kembali muncul dan rasanya seolah dejavu melihat setiap riuh angin yang  berhembus ke dalam ruangan itu.
            “Ah mungkin hanya bayangan saja” Ayla membatin keras dalam hati.
Apa? Kenapa? Dimana…. Seolah sudah tak asing lagi, tapi Ayla menepis semua pemikirannya, me refresh ulang dan kembali di dunia nyata. Apa yang berpendar di pikiran Ayla sedikit mengganggu.  
            Kamuflase bayangan semu yang merong-rong otak Ayla dinetralisir dengan segelas aqua yang sengaja disiapkan untuk mengguyur dahaga. Tak terasa pertemuan hari itu menjadikan planning panjang selama dua bulan kedepan, banyak hal yang sudah dibicarakan untuk sebuah program andalan. “Be a good teacher”. Semua berpamitan tanda perhelatan symbol selamat datang telah usai. Setelah keluar dari sekolah semua berakhir dengan obrolan santai di  kedai kecil “Wang Sen” sembari menyantap sepiring nasi goreng “Pattaya” , dan nasi goreng kerang terfavorit. 

to be continue.................
Read Comments

Rabu, 20 November 2013

ANNOUNCEMENT


LIST  DOSEN  PEMBIMBING FKIP. BAHASA INGGRIS/ 2010




Buyung  Wijaya  
Ferawaty
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Dwi Fita  Heriyawati, S.Pd, M.Pd
M. Suharto, M.Pd
Lazim Muzzamil, M.Pd




Mustafrihah
Moch. Sholeh
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Nanik  Surtami, M.Pd
Fitri Anggarini, M.Pd
Salwa, M.A




Dewi  Yunia  Fitri
Fenilia Purnama Sari
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Drs. Tamam  Mulady
Andy, M.A
Andy  M.A




Anisa  Rahma
Ummul Fathonah
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Andy, M.A
Andy , MA




Asmaul Khusnah


Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Alfan Jauhari
Fitri Anggarini, M.Pd
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd


Widya Hanum Sari P., S.S, M.Pd
Yuni Dewi A


Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Yunita Ayu
Siane  Herawati, M.Pd
Maria  Cholifah, S.S, M.Pd


Trisno  Tunggal
Dwi Novitasari


Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Fadil Meyliawan
Trisno tunggal , M.Pd
Dr.Sujito, M.Pd


Siane  Herawati, M.Pd
Ayu Septiana R


Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Binti Maulidiyah
Irene Trisisca R, M.Pd
Arinig  Wibowo, 


Siane  Herawati, M.Pd




Maria Ulfa 
Muhammad Purnomo
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Siane  Herawati, M.Pd
Dra. MG. Sriningsih, M.Pd




Ninik Agustin 
Yusiatiningsih
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Widya  Hanum SP., S.S, M.Pd
Lazim  Muzzamil




Umroh Mahfudhoh
Yusnia Rahmawati
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Uun. Muhaji, S.Pd, M.Pd
Uun  Muhaji, M.Pd




Syaifuddin Nahar
Dini Prasetyaningtyas
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Salwa, M.A
Irene  Trisisca




Sofiyan Adi P
Ririn Dwi Utari
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Andy  M.A
Uun  Muhaji, M.Pd




Fajar Ari Rasidi
Trianti  Vidasari
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Siane Herawati, M.Pd
Andy ,  MA




Mas'ud Muzakki
Endah  Wulandary
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Maria  Cholifah , S.S, M.Pd
Trisno  Tunggal, M.Pd
Salwa M.A




Betty Riwayat
M. Nadzir  Al-Amin
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Salwa, M.A
Lazim  Muzammil, M.Pd




Nike Ratnasari Dewi
Cintya  Laili Elisa
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
M.Suharto, M.Pd
Siane  Herawati




Aning  Sri Wulaningsih
Maria  Ulfa 
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Widya  Hanum SP, S.S, M.Pd
Fitri Anggraini , M.Pd
Siane Herawati,M.Pd




Moh. Anas Arifuddin
Iin Ulandari
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Lazim Muzamil, M.Pd
Trisno  Tunggal, M.Pd




Iwan Cahyono
Niswatun Khasanah
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Agus  Sholeh, S.Pd, M.Pd
Fitri Anggraini , M.Pd
M.Suharto, M.Pd




Umam
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Siane Herawati,M.Pd

Umrotun H


Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Fitri Anggraini  M,Pd

Tika  Nur H
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
M. Suharto, M.Pd

ummi  M
Maria Cholifah, S.S, M.Pd
Andy , M.A

Syakiroh  
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Irene

Eli  Nur  
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
M. Suharto, M.Pd

Parsiini
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Andy , M.A

Didit  S
Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Widya  Hanum SP, S.S, M.Pd

Khusnatul  B

 Yayuk Widyastuti H, S.Pd, M.Pd
Salwa M.A

 NB: Untuk  judul dan  jadwal bimbingan  menunggu  informasi  lebih  lanjut maksimal  Sabtu  besok ya.... trims.

Read Comments